Werengkapas (Empoasca sp) merupakan hama berukuran sangat kecil dengan gerakan sangat gesit. Pada tanaman terong, wereng kapas akan mengisap cairan tanaman yang menyebabkan tanaman menjadi lemah. Kutu kebul merupakan serangga berwarna putih dengan sayap jernih dan ukuran sekitar 1-1,5 mm. Kutu kebul biasanya berkelompok di bawah permukaan Seranganpenggerek batang pada tahap awal pertumbuhan tanaman ubi jalar dapat menghambat pembentukan umbi. Penyebaran. Penggerek batang merupakan salah satu hama yang paling merusak pada tanaman ubi jalar di daerah tropis dan sub tropis Asia serta daerah Pasifik. Hama penggerek batang ubi jalar tersebar luas di Filipina, Indonesia, India, Sri Bisatanicom,Thrips - Siapa si yang tidak mengenal hama? Hama merupakan organisme yang mengganggu atau merugikan sekitarnya baik itu manusia, hewan dan juga tanaman. Biasanya hama ini identik dengan hewan. Hewan ini bisa meninggalkan kerusakan fisik maupun menjadi agen penyebar beberapa virus atau penyakit. Misalnya hama yang menyerang pada tanaman. Serangan hama pada tanaman, bisa ο»ΏKutuloncat merupakan serangga penular atau vector penyakit CVPD. Jika di kebun jeruk tidak ada pohon yang terinfeksi penyakit CVPD karena ditanami dengan bibit jeruk bebas penyakit, maka kehadiran serangga penular ini hanya merupakan hama biasa yang merusak tunas muda. Baca juga: Cara Pemupukan dan Pengendalian Hama Tanaman Sayuran di Pekarangan. 3Menggunakan varietas tahan. 4.Pengendalian dengan kultur teknik. Penggunaan mulsa dan penambahan pupuk organik maupun pupuk jenis lain pada dosis yang tepat dapat meningkatkan ketahanan ubi kayu. Penggunaan tanaman yang sehat sebagai bahan tanam merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah hama kutu putih. Keritingdaun pada tanaman cabai diawali oleh hama thrips, yaitu kutu / serangga berwarna putih, panjang tubuh lebih kurang 1 mm, serangga ini tergolong kecil namun dapat dilihat dengan mata telanjang, hama ini pemangsa segala jenis tanaman. Hama kutu thrips merupakan sebagai carrier atau pembawa virus yang menyebabkan penyakit keriting Qne9b. Hama thrips kutu/serangga berwarna putih merupakan carrier atau pembawa virus yang menyebabkan penyakit keriting daun pada tanaman cabai. Apabila tanaman telah terserang virus yang dibawa oleh hama thrips, penanggulangannya akan sulit karena tidak ada obat kimia yang dapat mengatasinya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mencabut tanaman terinfeksi tersebut dan memusnahkannya dengan cara dibakar. Pernyataan tersebut diperoleh berdasarkan …. A. hipotesis penelitian B. percobaan penelitian C. hukum dan landasan teori D. observasi dan pengumpulan informasi E. eksperimen untuk membuktikan hipotesis Jawaban D Pembahasan Pernyataan pada soal diperoleh dari observasi dan pengumpulan informasi. Masalah yang diketahui adalah adanya hama thrips yang dapat menyebabkan penyakit keriting daun tanaman cabai. Maka langkah selanjutnya, yaitu pengamatan dan pengumpulan informasi, dimana pada pengamatan diketahui tanaman cabai yang terserang virus dari hama thrips akan susah ditanggulangi karena tidak ada obat kimia yang dapat mengatasinya. Dengan demikian, pilihan jawaban yang tepat adalah D. Oleh I WAYAN SWASTIKA,SP,M,Si POPT MADYA KOTA DENPASAR Latar Belakang Serangga Paracoccus marginatus merupakan hama baru yang menyerang beberapa tanaman hortikultura di Bali. Hama ini diduga berasal dari Benua Amerika yang diperkirakan migrasi ke Indonesia pada Tahun 2008. Akibat serangan serangga ini beberapa jenis tanaman buah-buahan, sayuran dan umbi-umbian mengalami kerusakkan yang cukup berat bahkan sampai intensitas diatas 90% atau disebut puso. Populasi serangga ini umumnya meningkat bila didukung oleh faktor lingkungan seperti iklim kemarau yang sedikit curah hujanya. Untuk antisipasi keberadaan hama ini perlu dilakukan upaya yang serius dengan melibatkan semua komponen baik petugas POPT maupun masyarakat. Gambar Daun terserang dan serangga kutu putih Paracoccs marginatus Tanaman hias juga terserang hama kutu putih, dan parahnya hama ini bisa terbang serta pindah ke tanaman lainnya dengan cepat, ditambah dengan kemampuannya bertelur, yang cukup tinggi. Untuk itu ekobiologi kutu putih P. marginatus ini sangat menarik dipelajari mengingat hama ini termasuk serangga exotik, kosmopolit serta polipag. Tujuan Dengan mengetahui studi biologi P. marginatus diharapkan mampu melakukan antisipasi dengan meningkatkan kewaspadaan serangan terhadap komoditi hortikultura serta ditemukan konsep teknologi pengendalian yang efektif efisisen Rumusan masalah Apakah hama kutu putih akan meluas dan merusak tanaman hortikultura di Kota Denpasar dan mampukah dikendalikan dengan cara yang efektif degan tidak merusak kelestarian lingkungan ? Metode Metodelogi yang digunakan dalam pengumpulan data pada penulisan ini yaitu dengan tinjauan pustaka dan hasil pengamatan lapangan sesuai dengan model pengamatan tanaman hortikultura yang dituangkan dalam Buku Pedoman Pangamatan OPT Hortikultura Ditlin, 2008 Tinjauan Pustaka Kutu mengacu pada berbagai artropoda berukuran kecil hingga sangat kecil. Nama ini dipakai untuk sejumlah krustasea air kecil seperti kutu air, serangga seperti kutu kepala dan kutu daun, serta Ò€” secara salah kaprah Ò€” berbagai anggota Acarina tungau dan caplak, yang berkerabat lebih dekat dengan laba-laba daripada serangga. Semua disebut "kutu" karena ukurannya yang kecil. Dengan demikian, pengertian awam istilah ini tidak memiliki arti taksonomi. Dalam arti lebih sempit, kutu adalah serangga yang tidak bersayap dan berukuran kecil, yang dalam bahasa Inggris mencakup flea kutu yang melompat, ordo Siphonaptera dan louse kutu yang lebih suka merayap, ordo Phtiraptera yangn semuanya adalah parasit. Dalam bahasa Indonesia keduanya tidak dibedakan, malah mencakup juga sebagian dari kerabat wereng ordo Hemiptera dan beberapa anggota ordo Coleoptera. Untuk menjelaskan, diberi keterangan di belakang kata "kutu". Para biologiwan berusaha mendayagunakan kata tuma bagi kelompok Phtiraptera, walaupun menyadari terdapat kesulitan dalam penerapannya.Ditlin, 2011 Kutu mengacu pada berbagai artropoda berukuran kecil hingga sangat kecil. Nama ini dipakai untuk sejumlah krustasea air kecil seperti kutu air, serangga seperti kutu kepala dan kutu daun, serta Ò€” secara salah kaprah Ò€” berbagai anggota Acarina tungau dan caplak, yang berkerabat lebih dekat dengan laba-laba daripada serangga. Semua disebut "kutu" karena ukurannya yang kecil. Dengan demikian, pengertian awam istilah ini tidak memiliki arti taksonomi. Dalam arti lebih sempit, kutu adalah serangga yang tidak bersayap dan berukuran kecil, yang dalam bahasa Inggris mencakup flea kutu yang melompat, ordo Siphonaptera dan louse kutu yang lebih suka merayap, kebanyakan ordo Phtiraptera yang semuanya adalah parasit. Dalam bahasa Indonesia keduanya tidak dibedakan, malah mencakup juga sebagian dari kerabat wereng ordo Hemiptera dan beberapa anggota ordo Coleoptera. Untuk menjelaskan, diberi keterangan di belakang kata "kutu". Para biologiwan berusaha mendayagunakan kata tuma bagi kelompok Phtiraptera, walaupun menyadari terdapat kesulitan dalam penerapannya. Diskripsi Hama kutu putih atau bahasa kerennya mealy bug atau Paracoccus marginatus merupakan salah satu hama yang kerap menyerang tanaman, baik tanaman sayuran maupun tanaman hias, Hama jenis serangga ini mengeluarkan sejenis zat putih yang berlilin, berkapas putih yang menutupi keseluruhan badan lembut yang berwarna merah muda, menyebabkan ia kelihatan seperti debu putih. Kutu putih dapat ditemukan pada bagian tanaman yang menjadi pertemuan antara daun dan batang buku-buku batang, atau batang dan buah kebetulan pohon jeruk juga terkena hama ini, dan sang kutu berdiam diri di sela sela buah dan batang, serta diatas dan atau dibawah daun muda. Sang kutu menyerang tanaman dengan cara menghisap sari dari tanaman, yang mengakibatkan tanaman menjadi layu, dan itu juga sebabnya daun muda tanaman hias semuanya mengkerut. Selain itu kutu putih ini juga mengeluarkan cairan manis seperti madu yang dapat mengundang semut, dan seperti pepatah ada gula ada semut, maka juga berlaku keadaan ada kutu putih ada pula semut, pada awalnya semut ini berfungsi sebagai predator alam sang kutu tapi ternyata bukan begitu adanya. Menurut beberapa sumber, hama kutu putih terjadi pertama kali di luar negeri pada 1998, tepatnya di Florida, Amerika Serikat. Hama ini bisa sampai ke Indonesia dengan perantara melalui tanaman hias impor seperti plumeria, hibiscus, acalypha yang dikenal luas sebagai tanaman inang hama kutu putih yang sama. Dengan kemampuannya menempel di baju, bisa jadi salah satu kemungkinan mengapa sang kutu bisa ada di Indonesia adalah melalu proses pertukaran baju dan atau kegiatan import barang bekas, bisa juga sang kutu menempel di baju pelancong dari luar negeri lalu melayang terbang saat sang turis singgah di Indonesia. Tentu saja ini masih harus dibuktikan lebih lanjut, dan karena tidak ada pihak yang berniat untuk mengadakan penelitian mengenai ini, maka sosialisasi kepada masyarakat tani. Dengan kemampuannya dalam berkembangbiak, disebutkan bahwa kutu putih dewasa betina mampu bertelur hingga 500 butir yang diletakkan dalam satu kantung telur terbuat dari lilin dan berbiak 11-12 generasi dalam kurun setahun, adalah menjadi sangat wajar bila kutu ini menjadi ancaman serius didalam dunia pertanaman. Saking seriusnya, sampai ada penelitian mengenai sang kutu seperti dilaporkan dalam Journal of Agricultural and Urban Entomology, berikut ini tampilkan abstrak dari penelitian tersebut. SIKLUS HIDUP Betina Berada di urutan Hemiptera apa yang disebut "bug yang benar", kutu putih mengaburkan mengalami metamorfosa tidak lengkap; nympha muda mirip orang dewasa dalam bentuk tubuh, mengambil enam sampai sembilan minggu untuk matang, dan mempertahankan penggunaan semua enam kaki sepanjang kehidupan mereka. Tergantung pada suhu, kutu putih mengaburkan dapat menyelesaikan 2-3 generasi per tahun; betina akan meletakkan cengkeraman beberapa ratus telur jeruk di kantung kapas, dari mana peri akan menetas dan muncul setelah hari sekitar 5-10. Jika kondisi lingkungan terlalu dingin, nimfa muda akan tetap berada dalam kantung sampai kenaikan suhu. Abstrak kutu putih bertelur sepanjang tahun, dan selama musim dingin, di bawah kulit pohon dan tanaman merambat meskipun tidak ada dormansi benar. Populasi ini overwintering termasuk kutu putih individu dari semua tahap pembangunan, tetapi didominasi oleh telur dan instar pertama, kematian menahan musim dingin untuk peri muda adalah tinggi, tetapi beberapa individu biasanya yang tercepat untuk menetas akan bertahan dan memakan daun musim semi pertama . Kematian dalam generasi non-overwintering sangat menurun. Jantan dan kawin Kutu putih mengaburkan Male tidak memberi makan, dan memiliki umur manusia sangat pendek 2-3 hari; jantan akan berputar kepompong lama setelah menetas, di mana mereka mengembangkan sayap. Setelah muncul dari kepompong mereka, kutu putih mengaburkan jantan akan terbang menuju aroma feromon seks betina, mate sebanyak mungkin, kemudian mati. Mengingat umur pendek laki-laki, waktu dari emisi betina dari feromon seks adalah penting; perempuan akan memancarkan feromon hari dan malam sekitar waktu munculnya laki-laki terutama di musim semi, maka segera dihentikan setelah pembuahan. Mengaburkan kutu putih umumnya mate pada senja dan fajar. Feromon seks perempuan mengaburkan kutu putih memiliki sifat malang kadang-kadang menarik tawon parasit seperti Peregrina Tetracnemoidea, dan karena itu suatu kairomone. EKOLOGI Diet Abstrak kutu putih memakan floem pada pohon pepaya dan kayu-bertangkai tanaman, terutama pohon-pohon kamboja dan tanaman anggur. Beberapa individu vektor untuk patogen infeksius dan dapat menularkan dari tanaman ke tanaman sementara makan; selentingan kutu putih-leafroll terkait penyebaran virus tipe III GRLaV-3, khususnya, telah mendatangkan malapetaka di antara buah anggur di Selandia Baru, mengurangi hasil panen kebun anggur terinfeksi hingga 60%. Simbiosis Female honeydew kutu putih mengekskresikan, cairan, kental manis dibuat sebagai produk sampingan dari pencernaan koloni besar kutu putih bisa menghasilkan cukup melon meresap melalui kulit dan daun, meninggalkan mengkilap, patch lengket pada bagian luar tanaman. Beberapa semut telah mengembangkan suatu hubungan simbiotik dengan kutu putih jelas, merawat dan melindungi serangga dari musuh alami untuk meningkatkan produksi melon, di mana pakan semut. Hubungan ini mirip dengan salah satu bahwa beberapa semut dengan kutu daun. Sampar Jenis ini merupakan hama di Amerika Utara, Amerika Selatan, Australia, Selandia Baru, dan Iran, khususnya di kebun-kebun anggur dan kebun buah. Para kutu putih mengaburkan telah menyebabkan kerusakan terutama besar untuk kebun-kebun anggur di Pantai Tengah California, di mana ia merupakan spesies dikenali dan tidak memiliki predator alami. Banyak upaya telah dilakukan untuk mengendalikan populasi kutu putih jelas di rumah kaca komersial dan kebun-kebun anggur, menggunakan kedua pestisida sintetik dan parasit kutu putih diperkenalkan. Karena lapisan lilin yang kutu putih jelas dan kebiasaan mencari situs makan terlindung melindunginya dari pestisida berbasis air, pestisida organofosfat berbasis minyak di antara lebih beracun pestisida yang paling efektif dalam mengurangi kepadatan penduduk, meskipun pestisida tersebut dapat membahayakan tanaman jika diterapkan setelah yang pertama tunas. Meskipun demikian, beberapa tempat di Selandia Baru populasi kutu putih jelas telah mengembangkan ketahanan terhadap pestisida organofosfat. Karena racun yang tinggi dan regulasi ketat pestisida organofosfat, beberapa vintners California telah mengimpor parasit alami kutu putih jelas dari Chili, terutama Pseudaphycus flavidulus dan Leptomastix epona. Upaya tersebut sejauh ini hasil yang tak tentu, sedangkan kutu putih jelas mampu encapsulating dan membunuh telur epona L. dan dactylopii L., misalnya, rendering parasit yang tidak efektif. Di sisi lain, keberhasilan yang signifikan dalam mengurangi populasi kutu putih jelas telah menghasilkan dari mengisolasi mereka dari semut Simbion mereka. PENGENDALIAN Upaya pengendalian yang dilakukan terhadap serangga kutu putih P. marginatus mengingat kutu ini mempunyai karakteristik yang unik seperti bionomi yang perkembanganbiaknya partenegogenesis, mengeluarkan ekskresi seperti gula dan lapisan lilin pada bulu berupa tepung. Untuk itu pengendalian harus sesuai dengan konsep pengendalian hama terpadu. Keamanan terhadap lingkungan dan produksi juga harus menjadi perhatian mengingat tanaman terserang selain hortikultura juga tanaman hias yang biasanya sebagai tanaman peneduh di pinggir jalan. Hasil pengendalian yang efektif efisien sudah pernah dilakukan adalah 1. Penyemprotan dengan air yang dicampur detergen 10% menyebabkan populasi berkurang sampai 70% 2. Menggunakan pestisida nabati daun tembakau konsentrasi 20% ditambah degergen 5% efektif menurunkan populasi sampai 65% 3. Penggunaan insektisida sistemik dengan cara pengeboran batang sampai empulur kemiringan 45o mampu menekan populasi sampai 95% KESIMPULAN DAN SARAN Kutu putih berkembangbiak secara partenogenesis. Perkembangan nimfa kutu putih terdiri dari tiga instar sebelum menjadi imago. Lama perkembangan nimfa instar satu sekitar 11,45±0,29 hari pada mangga dan sekitar 12,95±0,33 hari pada pepaya. Lama perkembangan nimfa instar dua sekitar 9,85±0,29 hari pada mangga dan sekitar 11,05±0,34 hari padak pepaya. Sedangkan lama perkembangan nimfa instar tiga sekitar 10,80±0,31 hari pada mangga dan 11,55±0,20 hari pada pepaya. Total lama perkembangan hidup pradewasa pada daun mangga lebih cepat yaitu sekitar 32,10Γ―β€šΒ±0,33 hari dibandingkan pada pepaya sekitar 35,55 Γ―β€šΒ± 0,43 hari. Total lama hidup imago sekitar 20,40±0,74 hari pada mangga dan 20,20±0,57 hari pada pepaya. Mangga merupakan inang alternatif bagi hama kutu putih P. Marginatus. Untuk mencegah penyebaran dan perkembangan hama kutu putih di pertanaman, sanitasi lahan dari sisasisa mangga yang terserang kutu putih perlu diperhatikan sebelum dilakukan penanaman pepaya. Pengendalian yang paling efektif adalah berdasarkan konsep PHT dan selalu memperhatikan dampak pestisida terhadap pencemaran lingkungan hidup. Untuk itu disarankan agar petani dan petugas mampu merubah sikap pengandalian OPT anggrek secara benar sehingga produksi meningkat UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kantor Kementrian Riset dan Teknologi melalui program RUSNAS Pengembangan Buah-buah Unggulan Indonesia di Pusat Kajian Buah-buahan Tropika PKBT atas bantuan dana dan fasilitas dalam pelaksanaan penelitian ini. Terima kasih disampaikan kepada pimpinan laboratorium Sistematika Serangga Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Institut Pertanian Bogor, juga kepada Bu Dewi dan Bu Is yang membantu dalam terlaksananya penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA The papaya mealybug, Paracoccus marginatus Williams and Granara de Willink Hemiptera Pseudococcidae, is recorded from the Oriental Region for the first time, where it was found in Indonesia Java and India Tamil Nadu in 2008. Papaya mealybug is a polyphagous pest that damages many tropical crops. A native of Central America, it spread to the Caribbean region and South America in the 1990s; since then it has been accidentally introduced to some islands in the Pacific region. The distribution, host range and characteristics of the mealybug are summarized. Cecilia Bueno and E. Prado, 2004. Desenvolvimento de Dysmicoccus brevipes Cockerell HemipteraPseudococcidae emduas cultivars de abaxi. Cienc agrotec 28 5 1015-1020. CABI Centre for Agriculture and Bioscience International, 2003. Crop protection compendium. Wellingfort. Nosworthy Way. Wallingford. Oxfordshire. OX10 8DE. 7 Departemen Pertanian, sehat dengan produk hortikulturanusantara. Departemen Pertanian. Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Jakarta 114 hal. Penyakit keriting daun pada tanaman cabai telah menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi petani, karena tanaman cabai yang terserang virus akan merusak klorofil daun dan berakibat pada terganggunya pertumbuhan dan menurunnya produksi bahkan tanaman akan mati secara dengan pemakaian pupuk organik Nasa dan pestisida organik Nasa yang mana sudah banyak para petani cabai yang membuktikan bahwa mampu menahan penyebaran hama thrips pada tanaman cabai. Penyakit keriting daun pada tanaman cabai diawali oleh hama thrips yaitu kutu / serangga berwarna putih. panjang tubuh lebih kurang 1 mm. serangga ini tergolong kecil namun dapat dilihat dengan mata telanjang. hama ini pemangsa segala jenis tanaman. kutu menyerang tanaman muda secara bergerombol, daun yang terserang akan mengerut dan melingkar, cairan manis yang dikeluarkan kutut membuat semut dan embun jelaga berdatangan. embun jelaga warna hitam sering menandakan serangan kutu thrips sedeng berlansung. Pengendalian kutu thrips dapat dilakukan dengan furadan 3G dengan dosis 60 – 90 kg / ha atau sekitar 2 sendok makan / 10 m bujur sangkar area. Gejala serangan hama Thrips / kutu putih Adanya strip – strips pada daun dan berwarna keperakan seperti noda akibat dimakan kutu thrips, kemudian warna tersebut berubah menjadi coklat muda. Adanya kutu thrips pada bagian bawah daun dan mudah terlihat disaat pagi hari atau sebelum terik hari, kutu thrips pada saat terik hari akan sembunyi disela – sela daun sehingga kurang terlihat. Hama kutu thrips merupakan sebagai carrier atau pembawa virus yang menyebabkan penyakit keriting daun pada tanaman cabai, apabila tanaman telah terserang virus yang dibawa oleh kutu thrips maka penanggulangan akan sulit karena tidak ada obat kimia yang dapat mengatasi, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mencabut batang dan dimusnahkan dengan cara dibakar. Gejala serangan virus yang di bawa kutu thrips Bercak kuning diatas permukaan daun, perlahan meluas hingga seluruh permukaan daun menguning. Bentuk daun menjadi lebih kecil dari ukuran normal. Daun melengkung dan kaku. Daun terlihat keriting. Setelah kuning daun sebagian besar rontok. Dibawah permukaan daun terdapat hama / kutu berwarna putih. Daun tanaman cabai menguning,keriting dan kerdil akibat penyakit keriting daun. Pengendalian secara kultur teknis Dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman atau tidak menanam cabai secara bertahap sepanjang musim. Pengendalian dan pencegahan menggunakan Produk Nasa Penggunakan Produk Nasa yang berupa Natural Glio yang telah di fermentasikan dengan pupuk kandang dari sebelum tanam. Olah tanah yang baik dari tanaman sebelum tanam dengan menggunakan Produk Organik Nasa + pupuk kimia yang biasa di pakai sampai tanaman selesai panen. Adapun pupuk Organik Nasa yang di pakai adalah POC NASA + SUPER NASA + HORMONIK. Pemakaian Produk Nasa yang berupa Power Nutrition setelah panen cabai kedua. Penyemprotan Pestisida organik Nasa yang berupa Pestona,pentana dan aero-810 dari awal tanam sampai interval 7 – 10 hari sekali. Apabila tanaman cabai sudah terkena serangan Thirps yang cukup parah bisa menggunakan pestisida kimia. Bertani memang tidak hanya memperhatikan jenis tanaman dan menunggu hasil panen. Dalam prosesnya, banyak yang perlu kamu perhatikan, salah satunya mengenai hama yang sering menjangkiti tanaman pada lahan kamu. Meski sudah dirawat sedemikian rupa, hama kadang datang tiba-tiba dan membuat tanaman jadi kering dan gagal tumbuh dengan baik. Jenis-Jenis Hama Serangga 1. Thrips Hama thrips merupakan serangga dengan bentuk yang kecil, ramping, dan memiliki kulit tubuh berwarna gelap. Hama ini sering disebut sebagai lalat petir yang umumnya merusak tanaman, baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan. Jika kamu menemukan daun pada tanamanmu layu atau berbintik-bintik, itu merupakan tanda awal tanamanmu terjangkit hama Thrips. Hama Thrips biasanya akan menyerang mulai dari sisi bawah daun dan akan terbang atau merangkak, lalu menyedot getah dari daun, batang, dan bunga. Setelah tanaman terkena hama serangga, biasanya akan muncul bintik hitam seperti pernis pada bagian tubuh tanaman. Lantas bagaimana cara membasminya? Cara membasminya Pindahkan tanaman yang terkena hama dari kelompoknya, lalu bilas daunnya untuk menggugurkan bagian yang terkena hama. Buat larutan dari insektisida organik yang dicampur dengan 1 sendok teh sabun cair dan 1 liter air. Kamu juga bisa menggunakan minyak nimba. Lalu, semprotkan pada tanaman yang terserang hama tadi. 2. Kutu Putih Kutu putih merupakan hama serangga yang berbentuk oval dan berukuran sangat kecil seperti kutu pada umumnya, sehingga sering disangka sebagai debu. Keberadaan kutu putih sangat merugikan tanaman, karena ia akan mengisap sari kehidupan dari tanaman yang kamu miliki. Kutu putih biasanya hidup berkoloni di bawah daun dan di celah antara daun dan batang atau percabangan baru pada tanaman. Nah, cara membasminya adalah dengan mencegah penyebarannya. Kamu bisa mengoleskan kapas yang sudah dicelup ke dalam alkohol pada setiap kutu putih yang terlihat di tubuh tanaman. Sebagai bentuk pencegahan, kamu bisa merawat tanaman dengan minyak nimba. Encerkan 1 sendok teh minyak nimba dengan setengah sendok teh sabun cuci piring dan 1 liter air. Oleskan ke seluruh bagian tanaman dan lakukan secara rutin. 3. Kutu Daun Tak berbeda jauh dari kutu putih, kutu daun juga punya ukuran tubuh yang kecil, kurang dari seperempat inci. Dengan tubuh yang lunak, bentuk tubuhnya menyerupai buah pir yang mempunyai kaki panjang dan antena dengan warna yang beragam, seperti cokelat, hitam, putih, jingga, atau hijau muda. Keberadaan kutu daun ini menyerang bagian tanaman baru dan memakan bagian batang, percabangan, dan kuncup yang lunak. Serangga ini mengisap getah yang berisi nutrisi dari tanaman dan meninggalkan daun yang kering, menguning, dan bunga yang gagal berkembang. Jika diperhatikan, kutu daun senang hidup berkelompok. Cara membasmi kutu daun sangat mudah, kamu bisa menyemprotkan tanaman dengan air yang alirannya deras. Atau bisa menyemprotkan campuran larutan 1 sendok makan sabun cair murni dengan 1 liter air. Dijamin, hama serangga ini akan hilang. 4. Agas Jamur Agas jamur punya bentuk seperti lalat kecil yang sering berkembang biak di tanah yang lembab. Menyerang bagian akar tanaman sejak masih jadi larva, hama yang satu ini memang sangat merugikan. Setelah menetas, agas jamur akan hinggap di pot tanaman kamu dan menghisap sari-sari makanan dari tanaman. Cara membasminya bisa dengan membiarkan tanah pada tanaman benar-benar kering dan tidak melakukan penyiraman yang berlebihan. Sebagai bentuk perawatan, encerkan hidrogen peroksida 3% dengan air, perbandingan 14 dan gunakan untuk menyiram tanaman. Adakah hama serangga lain yang kalian ketahui ? silahkan kirim kepada kami untuk dibagikan kepada masyarakat lebih luas. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA BANGSA DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN ο‚˜ WAHYU SYLVITRIA B. NPM 41205420109013 Bab I KLASIFIKASI DAN MORFOLOGI KLASIFIKASI Kingdom Animalia Phylum Arthropoda Kelas Insecta Sub Kelas Pterygota Super Ordo Exopterygota Ordo Thysanoptera thysanos = umbai; pteron = sayap Sub Ordo Terebrantia Tubulifera Famili Thripidae Genus Thrips Spesies Thrips tabaci thrips bawang Dorsalis scirtothrips Thrips fuscipennis thrips mawar Thrips palmi thrips melon Frankliniella tritici Thrips parvispinus thrips cabai Frankliniella occidentalis western flower thrips Frankliniella intonsa the European flower thrips Aelothrips fasciatus Ceratothrips ericae Heliothrips haemorrhoidalis thtips greenhouse Hercinothrips femoralis Parthenothrips dracaenae Thrips atratus Thrips nigropilosus Thrips simplex Thrips trehernei Thrips vulgatissimus MORFOLOGI Thrips adalah kelompok serangga berukuran kecil, bertubuh ramping, yang termasuk ke dalam ordo Thysanoptera thysanos = umbai; pteron = sayap. Thrips adalah kata Yunani yang juga bisa berarti kutu kayu. Jadi golongan ini terdiri dari serangga yang bersayap umbai, yang menjadi salah satu ciri morfologis yang paling penting. Hingga kini, 5000 spesies thrips telah diidentifikasi. Lima puluh persen di antara spesies thrips tersebut makan jamur, baik pada hifa maupun spora jamur, dan sisanya adalah pemakan tumbuhan dan predator thrips yang lain. Thrips bertubuh silindris memanjang, dengan panjang hanya 1 – 2 mm, meskipun ada yang mencapai 13 mm, dan kebanyakan berwarna hitam. Thrips mempunyai alat mulut yang bertipe pencucuk-pengisap, meskipun lebih tepat disebut sebagai JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA BANGSA DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN ο‚˜ WAHYU SYLVITRIA B. NPM 41205420109013 pemarut. Bentuknya pendek, buntak, tidak simetris. Thrips akan mengisap cairan tumbuhan yang keluar dari jaringan yang terlebih dahulu dilukai dengan mulutnya. Thrips adalah serangga yang mobilitasnya rendah; meskipun mereka mempunyai sayap, mereka tidak banyak menggunakannya untuk terbang. Oleh karena itu, thrips mudah ditemukan secara berkelompok menghuni sehelai daun bersama dengan telur dan nimfanya. Reproduksi thrips tergolong tinggi, dan beberapa di antaranya mempunyai model reproduksi partenogenesis, beberapa arrhenotoky partenogenesis dengan telur yang tidak dibuahi menjadi individu jantan haploid dan thelytoky partenogenesis dengan telur yang tidak dibuahi menjadi individu betina. Metamorfosis thrips di antara tipe hemimetabola sederhana dan sempurna, karena melewati masa prepupa dan pupa yang inaktif. Jadi, dua tahap nimfa sifatnya aktif, diikuti oleh tahap ketiga yang disebut prepupa, dan tahap keempat yang berupa pupa. Beberapa spesies tirip predator ditemukan di alam, misalnya spesies yang termasuk ke dalam famili Aeolothripidae. Sementara itu, tirip dari famili Merothripidae makan pada jamur yang tumbuh pada bagian tumbuhan yang sudah lapuk. Tirip juga dibuktikan merupakan serangga penyerbuk, mungkin karena aktivitasnya pada bunga secara tidak sengaja memindahkan serbuk sari. Beberapa spesies thrips juga berbahaya karena menularkan patogen, misalnya virus dari golongan Tospovirus. Nimfa instar satu dan awal instar dua Frankliniella occidentalis famili Thripidae dapat menularkan Tomato spotted wilt virus TSWV, salah satu jenis penyakit berbahaya pada tomat. SIKLUS HIDUP THRIPS Siklus hidup thrips terdiri atas empat fase, yaitu telur, fase larva dan nimfa, fase prs-pupa dan pupa, dan imago dewasa. Satu siklus bisa memakan waktu satu bulan, namun bervariasi tergantung pada temperatur dan spesiesnya. Telur dari hama ini berbentuk oval atau bahkan mirip seperti ginjal manusia. Ordo ini dibagi menjadi dua sub-ordo, yaitu Terebrantia dan Tubulifera. Dua subordo ini dibedakan oleh bentuk ujung abdomen. Thrips Terebrantia mempunyai ujung abdomen berbentuk tumpul, dan mempunyai ovipositor untuk menyisipkan telur, sedangkan thrips Tubulifera mempunyai ujung abdomen berbentuk silinder. Telur Tubulifera dikeluarkan melalui ovipositor yang dapat ditarik ulur. Ukuran telurnya sangat kecil maka sering tak terlihat dengan mata telanjang. Telur ini diletakkannya dalam jumlah yang banyak, dengan rata-rata 80 butir tiap induk. Letak telur akan mudah diketahui dengan memperhatikan bekas tusukan pada bagian tanaman tersebut dan biasanya disekitar jaringan tersebut terdapat pembengkakan. Telur-telur ini akan menetas sekitar 3 atau 7 hari setelah peletakan oleh imago betina. JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA BANGSA DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN ο‚˜ WAHYU SYLVITRIA B. NPM 41205420109013 Telur thrips sub-ordo Terebrantia yang disuntikkan ke dalam jaringan daun Larva yang baru menetas segera memakan jaringan tanaman. Nimfa Mereka sangat mobile dan sering berpindah ke bagian lain dari tanaman. Nimfa trips instar pertama berbentuk seperti kumparan, berwarna putih jernih dan mempunyai 2 mata yang sangat jelas berwarna merah, aktif bergerak memakan jaringan tanaman. Sebelum memasuki instar kedua warnanya berubah menjadi kuning kehijauan, berukuran 0,4 mm, kemudian berganti kulit. Fase Larva dan Nimfa Pada instar kedua ini trips aktif bergerak mencari tempat yang terlindung, biasanya dekat urat daun atau pada lekukan-lekukan di permukaan bawah daun. Trips instar ke dua berwarna lebih kuning, panjang 0,9 mm dan aktifitas makannya meningkat. Pada akhir instar ini, thrips turun ke tanah dan menjadi pupa pada atau di bawah permukaan tanah. Dalam beberapa spesies tahap pre-pupa dan pupa tetap berada pada tanaman. Tahap pupa tahan terhadap insektisida. Pada stadium prapupa maupun pupa, ukuran trips lebih pendek dan muncul 2 pasang sayap dan antena, aktifitas makan berangsur berhenti JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA BANGSA DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN ο‚˜ WAHYU SYLVITRIA B. NPM 41205420109013 Fase Pra-pupa dan pupa Fase dewasa imago adalah tahap reproduksi dan bersayap. Thrips adalah penerbang yang buruk, tetapi sayap berumbai mereka memungkinkan mereka untuk dengan mudah dibawa oleh angin. Fase dewasa Imago akan bergerak lebih cepat dibanding dengan nimfanya, telah memiliki sayap yang ukurannya relatif panjang dan sempit, imago ini tubuhnya berwarna kuning pu-cat sampai kehitam-hitaman. Serangga dewasa berukuran 1-2 mm. Imago betina dapat bertelur sampai 80 butir yang diletakkannya ke dalam jaringan epidhermal daun dengan bantuan ovipositornya yang tajam. Direktorat Perlindungan Tanaman, 1992. JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA BANGSA DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN ο‚˜ WAHYU SYLVITRIA B. NPM 41205420109013 Siklus hidup thrips JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA BANGSA DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN ο‚˜ WAHYU SYLVITRIA B. NPM 41205420109013 Bab II DAMPAK SERANGAN TERHADAP TANAMAN DAMPAK LANGSUNG PADA TANAMAN Beberapa spesies thrips berperan sebagai hama penting, selain karena menimbulkan kerusakan akibat aktivitas makan. Gejala serangan thrips amat khas. Daun yang terserang biasanya akan berwarna kekuning-kuningan, berbintik-bintik coklat, saling mengatup, dan berubah bentuk malformasi. Bagi petani bunga potong, serangan thrips dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar. Bunga cacat dan tidak laku dijual, atau harganya sangat murah. Serangan thrips pada bunga dimulai sejak awal pembungaan sampai mekar. Gejala serangan thrips pada berbagai komoditas pertanian DAMPAK LANJUTAN PADA TANAMAN Thrips telah menjadi vektor dari setidaknya empat kelompok virus, yaitu bunya-viruses, ilarviruses, sobemoviruses, dan caroviruses Ullman et al., 1994. Delapan spesies thrips dilaporkan sebagai vektor TSWV, yaitu Thrips tabaci Lindeman, Thrips setosus Moulton, Thrips palmi Karny, Frankliniella schultzei Trybom, Frankliniella occidentalis Pergande, Frankliniella fusca Hinds, dan Frankliniella intonsa Trybom Wijkamp et al., 1995, Ullman et al, 1997. Jelas, Frankliniella occidentalis western flower thrips atau thrips bunga barat dan Thrips tabaci thrips bawang adalah vektor umum dan penting dari beberapa virus tanaman di banyak daerah di dunia. 43 spesies thrips telah ditemukan di kebun tembakau di daerah Georgia, dan banyak dari spesies yang sama dite-mukan pada sayuran dan tanaman lain. Namun, hanya JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA BANGSA DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN ο‚˜ WAHYU SYLVITRIA B. NPM 41205420109013 lima jenis yang sering ditemui selama musim tanam dan termasuk thrips tembakau, thrips bunga barat, thrips bunga, Frankliniella bispinosa Morgan, dan Limothrips cerealium Haliday thrips gandum. Frankliniella fusca adalah spesies yang mendo-minasi pada dedaunan, dan biasanya menyumbang lebih dari 90 persen dari semua thrips dedaunan. Pada tanaman tomat, TSWV terutama ditularkan oleh thrips bunga barat, Frankliniella occidentalis Pergande, dan thrips tembakau, Frankliniella fusca Hinds. Thrips tabaci virus bawang menularkan virus mozaik virus kuning pada tanaman legum dan solanaceae. Tanaman yang sudah terserang virus mozaik sangat sulit untuk disembuhkan dan bahkan harus dimusnahkan agar tidak menulari tanaman lain. Virus mozaik membuat tanaman kerdil dan pertumbuhan terhenti, sehingga tanaman menjadi tidak produktif. JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA BANGSA DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN ο‚˜ WAHYU SYLVITRIA B. NPM 41205420109013 Bab III PENGENDALIAN PENCEGAHAN Pencegahan tanaman dari serangan thrips dapat dilakukan dengan cara  Pemasangan mulsa plastik hitam-perak, selain berfungsi sebagai pengendali gulma, mulsa plastik hitam-perak ini juga berfungsi memantulkan cahaya matahari ke bagian permukaan bawah daun tempat thrips bersembunyi. Selain itu, mulsa plastik juga akan menghambat sebagian thrips untuk masuk ke dalam tanah pada fase pupa.  Pengendalian kelembaban dan suhu. Thrips menyukai tempat yang lembab dengan suhu sejuk. Oleh sebab itu, atur jarak tanam, lakukan perempalan/ pemangkasan pada tanaman agar sirkulasi udara lancar dan dapat mengurangi kelembaban serta meningkatkan suhu di sekitar pertanaman.  Membuat pagar tanaman buffer penyangga. Tanaman penyanga ini adalah tanaman yang disukai oleh hama, sehingga pengendalian hama cukup dilakukan pada tanaman penyangga. Contoh Terung dan kacang panjang sebagai tanaman penyangga untuk kebun cabai.  Bawang putih dapat digunakan sebagai penolak/pengusir thrips. Bawang putih yang di haluskan dan disemprotkan ke tanaman akan masuk ke dalam jaringan tanaman. Karena hama thrips ini tidak suka dengan bawang maka hama akan kabur dari tempat persembunyiannya. Pegendalian ramah lingkungan ini bisa dikombinasikan dengan insektisida kimia untuk thrips. PENGENDALIAN Sebagai indikator, pada saat ditemukan 10 nimfa/ daun atau kerusakan tanaman mencapai 15 % pada tanaman padi dan sayuran, maka perlu dilakukan pengendalian eradikasi. Pengendalian Secara Mekanis Pengendalian secara mekanis ini meliputi  Memasang perangkap perekat misalnya dengan menggunakan Insect Adhesif Trap Paper IATP berwarna kuning.  Melakukan pembersihan manual menggunakan kuas dan larutan air sabun. Hal ini hanya dilakukan untuk tanaman buah dalam pot tambulampot dan tanaman hias, tidak efektif dan efisien untuk diaplikasikan di kebun.  Menyediakan kondisi pertumbuhan yang baik bagi tanaman untuk memastikan pertumbuhan yang cepat. Stres lingkungan yang melemahkan tanaman membuat mereka lebih rentan terhadap serangan thrips. Secara khusus, tanaman di bawah tekanan air sangat rentan terhadap kerusakan thrips langsung. Irigasi yang memadai merupakan faktor penting dalam meminimalkan kerusakan.  Membajak dan mengerikan, dan solarisation dapat membunuh kepompong di tanah dari tanaman sebelumnya. JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA BANGSA DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN ο‚˜ WAHYU SYLVITRIA B. NPM 41205420109013 Pengendalian Secara Biologi Predator Karena ukurannya yang kecil dan tingkat reproduksi yang tinggi, thrips sulit untuk dikendalikan secara konvensional mekanis dan biologis. Predator thrips harus berukuran kecil dan ramping, sehingga mampu untuk masuk ke celah-celah tempat thrips bersembunyi dan memangsa telur dan larvanya. Hanya dua famili parasitoid hymenoptera yang diketahui sebagai parasit telur dan larva thrips, yaitu Eulophidae dan Trichogrammatidae. Agen biokontrol lain dari adalah aphid wasp tawon kutu, kutu anthocorid dari genus Orius , dan tungau Phytoseiid. Untuk alasan ini, banyak petani terkadang terpaksa harus membatasi penggunaan pestisida untuk mengen-dalikan populasi thrips di lapangan dan di rumah kaca. a Lady Bugs Hippodamia convergens b Brown lacewing Micromus timidus c Green Lacewing Chrysoperia carnea JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA BANGSA DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN ο‚˜ WAHYU SYLVITRIA B. NPM 41205420109013 d Hover Fly e Rove Beetle f Thrips Predator g Tungau Predator Phytoseiulus persimilis JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA BANGSA DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN ο‚˜ WAHYU SYLVITRIA B. NPM 41205420109013 h Amblyseius swirskii i Amblyseius cucumeris Parasit Strategi lain yang efektif untuk mengendalikan thrips adalah insektisida biologis, termasuk Beauveria bassiana atau Verticillium lecanii. Strategi ini menunjukkan efek yang signifikan pada telur, larva dan thrips dewasa. a Beauveria bassiana Balsamo Vuillemin Jamur Beauveria bassiana adalah jamur mikroskopik dengan tubuh berbentuk benang- benang halus hifa. Kemudian hifa-hifa tadi membentuk koloni yang disebut miselia. Jamur ini tidak dapat memproduksi makanannya sendiri, oleh karena itu ia bersifat parasit terhadap serangga inangnya. b Metarhizium anisopliae var anisopliae Jamur M. anisopliae ini pertama kali ditemukan oleh Metschikoff pada tahun 1879, jamur ini bersifat parasitik terhadap serangga termasuk kumbang kelapa. Jamur ini biasanya disebut Green Muscardine Fungus dan tersebar diseluruh dunia. Jamur ini pertama kali digunakan untuk mengendalikan hama kumbang kelapa lebih dari 85 tahun yang lalu, dan sejak itu digunakan dibeberapa Negara termasuk Indonesia Tanada dan Kaya, 1993. Pengendalian Secara Kimia Pengendalian secara kimia secara umum ialah menggunakan insektisida baik yang sintetis maupun organik. Penyemprotan insektisida kimia secara bijaksana dan aplikasi yang tepat, seperti  Noozle diatur sedemikian rupa agar larutan insektisida keluar dalam bentuk kabut fogging, sehingga partikel larutan dapat masuk ke sela-sela bagian tanaman tempat bersembunyi thrips secara merata.  Penyemprotan insektisida dilakukan pada pagi dan/atau sore hari ketika thrips masih berkeliaran di permukaan tanaman dan dikonsentrasikan pada bagian permukaan bawah daun, tunas, bunga, dan pucuk tanaman. JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS NUSA BANGSA DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN ο‚˜ WAHYU SYLVITRIA B. NPM 41205420109013 DAFTAR PUSTAKA Budhiyono, Wahyu S. 2006. Pengendalian Hama Terpadu dengan Agen Hayati dalam Pertanian Organik. Papper dalam pelatihan pertanian organik PT. Mars Agro Indonesia. Budhiyono, Wahyu S. 2007. Penggunaan Nano Green dalam Menanggulangi Wabah Virus Mozaic Pada Tanaman Pepaya. Laporan Riset PT. Mars Agro Indonesia. Budhiyono, Wahyu S. 2011. Budidaya Tanaman Cabai Dengan Nutrimas. Sisdur aplikasi produk Nutrimas pada tanaman cabai Capsicum annum. PT. Nutrimas Agro Indonesia. Website Center for Invasive Species Research, University of California Riverside. Tulisan dan email dengan John Trumble, Professor of Entomology. Lewis, T. 1997. Thrips as crop pests. CAB International, Oxon, GB. CAB Inter-national, Oxon, GB. E-book, downloaded 20/10/2011 WB Hunter, DE Ullman & A. Moore 1997. "Electronic monitoring characterizing the feeding behavior of western flower thrips Thysanoptera Thripidae". di MM Ellsbury, EA Backus & DL Ullman. History, Development, and Application of AC Electronic Insect Feeding Monitors. Thomas Say Publications in Entomology. Halaman 73-85. E-book, downloaded 20/10/2011 WDJ Kirk 1996 Thrips Naturalists' Handbooks 25. The Richmond Publishing Company. DocStock, downloaded 20/10/2011 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this as crop pests. CAB International, Oxon, GB. CAB InternationalT LewisLewis, T. 1997. Thrips as crop pests. CAB International, Oxon, GB. CAB International, Oxon, GB. E-book, downloaded 20/10/2011Pengendalian Hama Terpadu dengan Agen Hayati dalam Pertanian OrganikDaftar Pustaka BudhiyonoS WahyuDAFTAR PUSTAKA Budhiyono, Wahyu S. 2006. Pengendalian Hama Terpadu dengan Agen Hayati dalam Pertanian Organik. Papper dalam pelatihan pertanian organik PT. Mars Agro Nano Green dalam Menanggulangi Wabah Virus Mozaic Pada Tanaman PepayaWahyu S BudhiyonoBudhiyono, Wahyu S. 2007. Penggunaan Nano Green dalam Menanggulangi Wabah Virus Mozaic Pada Tanaman Pepaya. Laporan Riset PT. Mars Agro Tanaman Cabai Dengan Nutrimas. Sisdur aplikasi produk Nutrimas pada tanaman cabai Capsicum annumWahyu S BudhiyonoBudhiyono, Wahyu S. 2011. Budidaya Tanaman Cabai Dengan Nutrimas. Sisdur aplikasi produk Nutrimas pada tanaman cabai Capsicum annum. PT. Nutrimas Agro Naturalists' Handbooks 25. The Richmond Publishing CompanyKirk WdjWDJ Kirk 1996 Thrips Naturalists' Handbooks 25. The Richmond Publishing Company. DocStock, downloaded 20/10/2011Pengendalian Hama Terpadu dengan Agen Hayati dalam Pertanian Organik. Papper dalam pelatihan pertanian organik PTWahyu S BudhiyonoBudhiyono, Wahyu S. 2006. Pengendalian Hama Terpadu dengan Agen Hayati dalam Pertanian Organik. Papper dalam pelatihan pertanian organik PT. Mars Agro aplikasi produk Nutrimas pada tanaman cabai Capsicum annumWahyu S BudhiyonoBudhiyono, Wahyu S. 2011. Budidaya Tanaman Cabai Dengan Nutrimas. Sisdur aplikasi produk Nutrimas pada tanaman cabai Capsicum annum. PT. Nutrimas Agro Indonesia.

hama thrips kutu serangga berwarna putih merupakan carrier